Bisu tak berarti diam

Bisu tak berarti diam

Selasa, 24 Maret 2015

Jamuan Doa



Malam ini ambigu. Perasaan ini mengharukan, terlintas kisah di putaran waktu yang lalu. Bagaimana seharusnya rasa saat ini, saat engkau telah pada titik puncak perjuanganmu. Selamat atas capaian yang telah engkau raih, sarjana muda yang dipenuhi mimpi gemilang untuk kualitas hidupmu.  Aku tahu, harusnya aku turut bersuka cita atas apa yang engkau raih saat ini. Dan aku berhasil menemanimu sampai titik. Tapi mengapa tak demikian, kenyataan rupanya justru sebaliknya. Dirundung perasaan yang membiru, gelisah untuk berpisah. Ini menyedihkan, sungguh.
Barangkali aku saja yang terlalu jauh berpikir tentangmu. Dalam benakku sudah tertanam bahwa engkau pasti akan pulang ke halamanmu. Lalu benarkah kau akan kembali? Sungguh tak mampu kubayangkan bila akhirnya demikian. Telah banyak yang telah kita lalui bersama dalam canda tawa, duka lara, air mata dan kekecewaan yang teramat. Namun kita mampu melewati itu, karena kita tahu, bahwa kita adalah satu. We are one and we can life together. Hati ini tak akan mudah berpaling atau bahkan berhenti untuk memperjuangkan apa yang sudah terjalin dalam bingkai cerita yang pelangi.
Dalam doa, kupanjatkan bahwa ini bukanlah akhir atas apa yang telah kita upayakan selama ini, tapi ini adalah awal yang akan kembali kita perjuangkan untuk capaian pada tangga selanjutnya. Eratkan yang sudah terjalin, kuatkan yang sudah terlontar dalam janji untuk membangun cita dan cita demi masa depan yang bahagia. Hunian yang sarat akan kedamaian dan penuh cerita telah menanti di depan sana.
Semoga selalu dikuatkan atas hati yang tak sempurna. Kepayahan ini akan semakin runtuh jika tak saling menguatkan. Jika memang berjodoh, semoga dimudahkan jalan untuk menuju titik yang sakinah. Yang Lathif, dekatkanlah. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar