Bisu tak berarti diam

Bisu tak berarti diam

Jumat, 16 Januari 2015

Meretas Senja Mengkelabu




Hari ini aku masih ternging dengan suara lembutmu. Namun aku tak bahagia mendengarnya, tersebab apa? Karena ternyata kau tak sama denganku. Aku berniat untuk menjalin pertemanan denganmu, sungguh, tak ada niat lain. Bahkan, jika kau berkenan, aku dan kamu bisa menjadi kawan baik yang bisa saling sapa dan tukar cerita bahagia untuk tertawa bersama. Namun sepertinya itu hanya ilusi dalam benakku saja, kau adalah sebaliknya. Yah, kau memiliki prasangka yang jauh di luar pikiranku, itu melukaiku, kawan. Tak bisakah kau sedikit merasakan aroma untuk baikku dan baikmu?
Kau tak ingin bertemu lagi denganku, sepertinya. Kau menganggap bahwa semuanya adalah angin lalu yang membawa kabar buruk terhadapmu, dan aku adalah bagian dari angin itu. Tak bisakah kau buka matamu pelan-pelan, kawan? Kau ingin aku segera berlalu dan tak menampakkan lagi di depanmu. Itukah yang kau mau? Itu kah yang ingin kau katakan sebenarnya padaku? Jika kau menganggap waktu lalu adalah pertemuan kali terakhir, tapi bagiku, itu adalah pertemuan yang mengawali cerita aku dan kamu.
Terdengar sederhana memang, kau pun mungkin memandangnya demikian terhadap ini. Tapi seperti inilah, awan mengkelabu di sore hari, di penghujung senja yang temaram.

Kamis, 08 Januari 2015

Benar-benar Berdua


Pagi ini, masih uput-uput, aku melihat bulan yang berdampingan hanya dengan satu bintang, romantis sekali. Jarang sekali kudapati pemandangan seperti ini di langit yang masih  sendu berselimutkan awan basah, sungguh indah kawan. Kedua cahaya ini, bulan dan bintang, tak memiliki banyak waktu di saben harinya untuk saling bertatap dan berdampingan. Tapi pagi ini, kudapai keduanya berdampingan dalam jarak yang sungguh dekat, jika dilihat dari tanah bumi, dan keduanya memang hanya (benar-benar) berdua.

Rabu, 07 Januari 2015

Lalu kau mau apa, jika kebaikanmu tak terbalas?

Lalu kau mau apa,  jika kebaikan tak terbalas?
Seketika teringat kata-kata abah, beliau mengatakan bahwasanya tak semua kebaikan dapat diterima dengan baik. Waktu itu, hanya kuperdengarkan dengan lalu saja. Dan ternyata kali ini, aku mengalaminya sendiri. Tersebab apa? mengapa demikian adanya? (barangkali) yang menurutku baik, belum tentu baik juga menurut orang lain. Iyah, orang lain, baik kau, dia, atau pun mereka.

Jika sudah demikian, bagaimana sebaiknya? ikhlaskan saja. Apapun respon dari orang lain terhadap niat baik kita, cukup hadapi dengan senyuman, senyumin aja! Yang terpenting bukanlah respon atau bahkan balasan dari orang lain terhadap kita, tetapi usaha kita untuk selalu berbuat baik dan membaiki orang lain. Jika kita memang tulus, pasti ada balasana langsung dari Yang Maha baik.

So, tak perlu berkecil hati dengan kebaikan yang tak terbalas. karena ini lebih mending dari pada kebaikan yang terbalas dengan kepahitan.Ini lebih menyedihkan, sungguh. Yakinlah, bahwa kebaikan akan selalu ada balasan dariNya. Asalkan semuanya berasal dari yang namanya ketulusan, dari hati. Iya?


Selasa, 06 Januari 2015

Kenyataan yang Jujur

Coba lihatlah ke wajahmu, kawan! lebih baikkah dariku, atau bahkan lebih buruk dariku. Lantas, jika aku salah, apakah itu berarti anda benar? 
Baiklah, jika kau tak mau mengambil cermin untuk melihat dirimu sendiri, itu tak masalah. tapi jangan harap, aku pun akan mengambilkannya untukmu. Tanpa harus bersusah payah aku menyadarkanmu, wahai kawan, akan ada waktu dimana kau tersadar dengan sendirinya oleh alam dan musim yang seiring berganti.
 Kali ini aku atau kau yang salah atau siapakah yang sebenarnya yang melakukan kesalahan? itu tak penting sekarang. Ayolah, turunkan ego dalam diri masing-masing. Ini bukan siapa yang salah atau siapa yang benar, dan bukan siapa yang menang atau siapa yang kalah. Ini adalah tentang jalan yang semestinya dilalui menuju titik. Titik yang bukan akhir, namun sebuah pijakan untuk jalan yang selanjutnya. Tak mau jika kita tetap terbelenggu dalam kubangan persoalan yang sama sekali tak dicari jalan keluarnya.
Ayolah, jalan kita masih panjang. Tak perlu mempersoalkan masalah yang sebenarnya kecil. Dan lagi, tak perlu menyalahkan siapapaun. Tengoklah, Siapa yang ingin disalahkan?
Menghela nafas panjang, lalu pikirkanlah dengan hatimu.